Ecosia, Membantu Reboisasi Hanya Bermodalkan Ibu Jari

 

Bumi, sebagai rumah kita semua sudah semakin tua umurnya. Seperti organ manusia yang menua, bumi juga bisa memiliki gejala komplikasi seiring bertambahnya usia. Salah satu 'penyakit' bumi yang belakangan ini sering diperbincangkan adalah perubahan iklim yang kian hari semakin membuat kita berpikir. 

Dampak-dampak dari perubahan iklim cukup membuat kita khawatir, mulai dari gelombang panas ekstrem, kebakaran hutan, banjir yang datang bergantian, kekeringan yang berkepanjangan, hingga produksi pangan yang kian  berkurang.


Ya, dampak tersebut bukanlah mitos ataupun legenda semata. Namun memang sudah terjadi di sebagian belahan dunia. Dan jika terus dibiarkan, akan mendatangkan mala petaka di masa depan.

Karena hal tersebut, negara-negara di dunia sepakat bekerjasama untuk menekan peningkatan suhu sebagai langkah pencegahan bencana yang mengerikan.



Kesadaran masyarakat akan perubahan iklim semakin sering ditanamkan, aksi perubahan semakin marak dilakukan, yang tentunya secara otomatis merambah ke media sosial. Pada tanggal 15 April, tagar #LetTheEarthBreath menjadi tagar yang sangat ramai dibicarakan di Twitter. Bukan tanpa sebab, tagar ini trending sebagai bentuk reaksi publik atas ditangkapnya para ilmuwan yang mana salah satunya merupakan ilmuwan NASA, Peter Kalmus dan ilmuwan lainnya menangis saat menyuarakan peringatan iklim global. Mereka ditangkap di depan Gedung Bank JP Morgan-Chase di Los Angeles pada tanggal 6 April 2022. 

Para ilmuwan menuntut Bank JPMorgan Chase yang menurut laporan konsorsium LSM yang dilansir dari Independent, memberi dana terbesar bahan bakar fosil dari bank manapun di dunia dari 2016 hingga 2021, dan menyediakan $382 miliar selama periode 6 tahun tersebut. Para ilmuwan menuntut agar Chase menghentikan pembiayaan bahan bakar fosil saat ini dan kedepannya, karena menurut para ilmuwan, eksistensi manusia semakin berada di ambang kehancuran jika hal-hal tersebut terus dibiarkan.



Video tersebut tersebar dan menjadi perbincangan hingga 2 juta kali di Twitter.

Para pengguna Twitter ramai-ramai menyampaikan aspirasinya, mulai dari meluapkan kekecewaannya, melampiaskan kemarahannya, hingga memberi solusi-solusi yang bisa dilakukan oleh masing-masing individu untuk melakukan sesuatu yang nyata untuk menekan perubahan iklim.

Namun menariknya, dari sana ada satu hal yang menyita perhatian saya. Pada kategori Top Tweet, ada salah satu pengguna Twitter yang mengenalkan Search Engine Ecosia.

Apa itu Ecosia?

Ecosia sendiri merupakan mesin pencari seperti Google yang membantu kita untuk berkontribusi dalam menanam pohon di setiap kita menggunakannya. Ya, anda bukan sedang bermimpi, sekarang kita bisa menanam pohon sembari merebahkan diri diatas kasur sendiri.

 

Lalu, bagaimana cara kerjanya?

Seperti kebanyakan mesin pencari pada umumnya, saat kita mencari sesuatu lewat mesin pencari ini, maka akan ada iklan yang muncul. Dari sanalah, Ecosia mendapatkan keuntungan. Ecosia sendiri berkomitmen untuk mendonasikan 80% keuntungannya untuk menanam pohon di berbagai belahan dunia, salah satunya Indonesia.  Jadi, semakin sering kita menggunakan mesin pencari ini, semakin banyak pohon yang bisa ditanam.

Jika kita ingin melakukan aksi heroik lebih dramatis, kita bisa klik iklan yang tersedia. Dari sana, Ecosia akan mendapat lebih banyak keuntungan untuk menjalankan proyek-proyeknya.

Di Indonesia sendiri, Ecosia sudah berkontribusi dalam  memulihkan bekas perkebunan kelapa sawit hasil deforestasi dan degradasi lingkungan yang mengancam kaum petani dan berbagai satwa liar di Borneo dan Sumatera. 

Jumlah pohon yang sudah ditanam di Indonesia kini mencapai 1.475.415 pohon dari total 1.975 hektar restorasi hutan sejak tahun 2016. Kini, secara keseluruhan Ecosia telah menanam  147.923.219 pohon di 31 negara di dunia.


Selain menanam pohon, kelebihan Ecosia sendiri adalah melindungi data penggunanya. Cookies dan history dari pengguna akan otomatis menjadi anonim dalam waktu satu minggu. Selain itu, Ecosia juga tidak menggunakan penelusuran pihak ketiga (third-party tracking tools) sehingga seluruh hasil pencarian pengguna tidak dapat diakses oleh pihak selain Ecosia.

Dan yang tidak kalah penting, Ecosia juga mempublikasikan laporan keuangannya setiap bulan secara cukup detail dan transparan. Disini kita bisa melihat berapa uang yang didapatkan, jumlah pohon yang akan ditanam, biaya operasional, dan lain sebagainya.


 

Melalui tangan-tangan hebat dan berhati besar, teknologi telah memudahkan kita reboisasi tanpa perlu jauh-jauh ke hutan, tak  payah membawa bibit pohon melewati medan yang curam, atau bahkan kita tak perlu takut bertemu nyamuk dan beruang hutan di perjalanan.

Sungguh mudah bukan melakukan aksi nyata di era digital ini? Karena esensi dari menyikapi sebuah perubahan bukan hanya tentang seberapa lantang kita menyuarakan, namun juga fokus pada hal-hal apa yang bisa kita lakukan, sekarang.

Yuk, install Ecosia sekarang! Link!

 

Comments

Post a Comment

Popular posts from this blog

Meminum Kopi dan Madu Jaya Wijaya Dapat Memberantas Buta Huruf di Papua